Taman Nasional Wakatobi
Surga nyata bawah laut merupakan julukan yang diberikan kepada kawasan Taman Nasional Wakatobi. Yang terletak di jantung segitiga karang dunia (The heart of coral triangle centre),
Wakatobi memiliki kekayaan sumberdaya laut yang melimpah dan eksotik.
Air laut yang sangat jernih, terumbukarang yang mempesona dan dihuni
oleh beragam hewan laut seperti ikan paus, ikan duyung, ikan lumba
lumba, ikan napoleon dan berbagai jenis ikan hias lainnya serta berbagai
jenis tumbuhan lautnya layaknya sebuah taman di lautan. Selain itu,
pantainya yang elok dengan dihiasi pasir putih membentang menyempurnakan
keindahan kepulauan wakatobi. Kecantikan Wakatobi inilah yang selalu
memberi kesan tak terlupakan bagi siapa saja yang pernah mengunjunginya.
Dan sudah banyak yang mengakui bahwa Taman
Nasional Wakatobi merupakan taman laut terindah dan terumbu karang terbaik di dunia.
Kepulauan
Wakatobi terletak di pertemuan Laut Banda dan Laut Flores. Wakatobi
merupakan Singkatan dari nama empat pulau besar yang ada di kawasan
tersebut, yaitu Pulau Wangi-wangi,
Surga nyata bawah laut merupakan julukan yang diberikan kepada kawasan Taman Nasional Wakatobi. Yang terletak di jantung segitiga karang dunia (The heart of coral triangle centre),
Wakatobi memiliki kekayaan sumberdaya laut yang melimpah dan eksotik.
Air laut yang sangat jernih, terumbukarang yang mempesona dan dihuni
oleh beragam hewan laut seperti ikan paus, ikan duyung, ikan lumba
lumba, ikan napoleon dan berbagai jenis ikan hias lainnya serta berbagai
jenis tumbuhan lautnya layaknya sebuah taman di lautan. Selain itu,
pantainya yang elok dengan dihiasi pasir putih membentang menyempurnakan
keindahan kepulauan wakatobi. Kecantikan Wakatobi inilah yang selalu
memberi kesan tak terlupakan bagi siapa saja yang pernah mengunjunginya.
Dan sudah banyak yang mengakui bahwa Taman
Nasional Wakatobi merupakan taman laut terindah dan terumbu karang terbaik di dunia.
Kepulauan
Wakatobi terletak di pertemuan Laut Banda dan Laut Flores. Wakatobi
merupakan Singkatan dari nama empat pulau besar yang ada di kawasan
tersebut, yaitu Pulau Wangi-wangi,
Pulau Kaledupa, Pulau Tomia dan Pulau Binongko.
Luas masing-masing pulau adalah Pulau Wangi-wangi (156,5 km2), Pulau
Kaledupa (64,8 km2), Pulau Tomia (52,4 km2), dan Pulau Binongko (98,7
km2). Semula gugusan pulau ini dikenal dengan nama Kepulauan Tukang
Besi, karena sejak dahulu penduduk di kepulauan ini dikenal sebagai
pengrajin atau pandai besi yang memasok kebutuhan rumah tangga dan
alat-alat perang bagi kerajaan Buton dan sekitarnya.
Kondisi Geografis Kepulauan Wakatobi Meliputi
Letak Administrasi :
- Propinsi : Sulawesi Tenggara
- Kabupaten : Wakatobi
Letak Astronomis : 123° 20' s/d 124° 39' Bujur Timur
5° 12' s/d 6° 10' Lintang Selatan
Batas Kawasan : Utara : Laut Banda
Selatan : Laut Flores
Barat : Pulau Buton
Timur : Laut Banda
Posisi
yang berdekatan dengan garis khatulistiwa menjadikan kawasan Taman
Nasional Wakatobi beriklim tropis. Menurut klasifikasi Schmidt-Fergusson
iklim di Kepulauan Wakatobi termasuk tipe C, dengan dua musim yaitu
musim kemarau (musim timur: April – Agustus) dan musim hujan (musim
barat: September – April) dengan suhu harian berkisar antara 19 – 34oC.
Musim angin barat berlangsung dari bulan Desember sampai dengan bulan
Maret yang ditandai dengan sering terjadi hujan, gelombang laut cukup
besar sehingga nelayan jarang yang melaut. Sementara itu musim angin
timur berlangsung bulan juni sampai dengan september yang ditandai
dengan kondisi laut yang teduh, gelombang tenang dan jarang terjadi
hujan sehingga nelayan sering melaut. Peralihan musim yang biasa disebut
musim pancaroba (bulan oktober- November dan bulan April-Mei) kondisi
gelombang laut tidak menentu sangat tergantung dengan cuaca.Jumlah curah
hujan di kepulauan Wakatobi juga tidak begitu tinggi, data 10 tahun
terakhir menyebutkan jumlah curah hujan terendah terjadi pad abulan
September hanya mencapai 2,5 mm dan curah hujan tertinggi di bulan
Januari mencapai 229,5 mm.
Wakatobi
adalah wilayah yang memiliki keanekaragaman terumbu karang dan
keanekaragaman hayati lainnya (termasuk ikan) tertinggi di dunia, yang
meliputi Philipina, Indonesia sampai kepulauan Solomon. Kekayaan
keanekaragaman hayati laut menjadikan Kepulauan Wakatobi ditunjuk
sebagai Taman Nasional Laut berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No
393/Kpts-VI/1996 tanggal 30 Juli 1996 dan ditetapkan berdasarkan
Keputusan Menteri Kehutanan No 7651/Kpts/II/2002 tanggal 19 Agustus 2002
dengan luasan 1.390.000 Ha.
Wakatobi
sebagai tempat Pariwisata bahari yang didukung oleh adanya Taman
Nasional Wakatobi Keunggulan aset yang memiliki potensi penting ini,
terutama terumbu karang dan berbagai biota laut yang beraneka ragam
dengan nilai estetika dan konservasi yang tinggi, ini menjadikan kawasan
sangat comfortable untuk aktivitas wisata laut seperti; Diving ,
snorkeling, dan memancing. Menurut jurnalis selam Perancis Jaques-Yves Cousteau, Wakatobi sebagai tempat penyelaman terindah di dunia (Wakatobi is the finest diving site in the world),
malah banyak pakar kelautan yang pernah melakukan penelitian
menyebutkan bahwa terumbu karang di Kepulauan Wakatobi merupakan salah
satu pusat terumbukarang terindah di dunia (The world's most beautiful reefs).
Kepulauan
Wakatobi terbentuk akibat adanya proses geologi berupa sesar geser,
sesar naik maupun sesar turun dan lipatan yang tidak dapat dipisahkan
dari bekerjanya gaya tektonik yang berlangsung sejak jaman dulu hingga
sekarang. Secara keseluruhan kepulauan ini terdiri dari 39 pulau, 3
gosong dan 5 atol. Dari proses pembentukannya, atol yang berada di
sekitar kepulauan Wakatobi berbeda dengan atol daerah lain. Atol yang
berada di kepulauan ini terbentuk oleh adanya penenggelaman dari lempeng
dasar. Terbentuknya atol dimulai dari adanya kemunculan beberapa pulau
yang kemudian diikuti oleh pertumbuhan karang yang mengelilingi pulau.
Terumbu karang yang ada di sekeliling pulau terus tumbuh ke atas
sehingga terbentuk atol seperti beberapa atol yang terlihat sekarang,
antara lain Atol Kaledupa, Atol Kapota, Atol Tomia. Berdasarkan hasil
citra satelit, diketahui bahwa luas terumbu karang di kepulauan Wakatobi
adalah 8.816,169 hektar. Di kompleks P. Wangi-wangi dan sekitarnya (P.
Kapota, P. Suma, P. Kamponaone) lebar terumbu mencapai 120 meter (jarak
terpendek) dan 2,8 kilometer (jarak terjauh). Untuk P. Kaledupa dan P.
Hoga, lebar terpendek terumbu adalah 60 meter dan terjauh 5,2 kilometer.
Pada P. Tomia, rataan terumbunya mencapai 1,2 kilometer untuk jarak
terjauh dan 130 meter untuk jarak terdekat. Kompleks atol Kaledupa
mempunyai lebar terumbu 4,5 kilometer pada daerah tersempit dan 14,6
kilometer pada daerah terlebar. Panjang atol Kaledupa sekitar 48
kilometer. Atol Kaledupa merupakan atol terbesar yang ada di kawasan
Wakatobi. Kepulauan Wakatobi secara administratif, awalnya termasuk
dalam Kabupaten Buton, Propinsi Sulawesi Tenggara, namun sejak tahun
2004 terbentuk Kabupaten Wakatobi yang merupakan hasil pemekaran dari
Kabupaten Buton dengan letak dan luas yang sama dengan Taman Nasional
Wakatobi (TNW). Wilayah Kabupaten Wakatobi didominasi oleh perairan yang
luasnya mencapai 55.113 km2 dan garis pantai ± 251,96 km atau mencapai
98,5% dari keseluruhan total wilayah. Selain itu juga sumberdaya
perairannya memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi sehingga
pengelolaanKkepulauan Wakatobi perlu mempertimbangkan kaidah-kaidah
konservasi.
Beberapa
spesies yang terdapat di Taman Nasional Wakatobi termasuk jenis langka
dan terancam punah dengan status dilindungi seperti penyu sisik (Eretmochelys imbricata), penyu hijau (Chelonia mydas), ikan Napoleon (Cheilinus undulatus), kepiting kenari (Birgus latro), kima (Tridacna sp.), lola (Trochus niloticus), duyung (Dungong dugong), lumba-lumba (Delphinus delphis, Stenella longiotris, Tursiops truncatus)
dan cumi-cumi berbintik hitam. Sementara itu jenis burung laut yang
terdapat di Taman Nasional Wakatobi seperti angsa batu coklat (Sula leucogaster plotus), cerek melayu (Charadrius peronii), raja udang erasia (Alcedo anthis). Adapun dari family Cetaceans tercatat beberapa jenis yang tergolong terancam punah (operation Wallacea, 2003) yaitu seperti paus sperma (physeter macrocephalus), Paus pemandu sirip pendek (Globicephala macrorhyncus), paus pembunuh (Orcinus orca), Paus pembunuh kerdil (Feresa attenuata), lumba-lumba totol (Stenella attenuata), lumba-lumba gigi kasar (Steno bredenensis), lumba-lumba abu-abu (Grampus griseus), lumba-lumba hidung botol (Tursiops truncatus), dan paus kepala semangka (Peponocephala electra).
Keanekaragaman
jenis ikan di Taman Nasional Kepulauan Wakatobi cukup tinggi, saat ini
lebih dari 500 jenis ikan yang telah teridentifikasi terdapat di Taman
Nasional Wakatobi dan masih banyak yang belum diidentifikasi. Umumnya
berukuran kecil dengan karakteristik pewarnaan yang beragam sehingga
dikenal dengan ikan hias. Kelompok ini umumnya ditemukan melimpah baik
dalam jumlah individu maupun jenisnya serta cenderung bersifat
teritorial. Banyak jenis ikan indikator dan ikan target bernilai
ekonomis penting juga beberapa jenis ikan komersial yang selalu diburu
seperti ikan napoleon (Cheillinus undulatus), ikan kerapu (Serranedae), ikan kakap (Lutjanidae), ikan ekor kuning (Caesionidae), ikan baronang (Siganidae), ikan bibir tebal (Haemulidae),
dll (LIPI, 2006). Tingginya keanekaragaman ikan di Kepulauan Wakatobi
terutama ikan-ikan karang menunjukkan bahwa keadaan karang di Wakatobi
masih baik, beberapa penelitian menunjukkan bahwa banyak ditemukan
tempat-tempat pemijahan ikan (breeding site) di daerah terumbu karang.
Kepulauan Wakatobi memiliki kondisi fisik yang bervariasi diantaranya P. Wangi-wangi, bagian
selatan bertopografi datar hingga curam. Kedalaman perairan berkisar 5 –
1.884 m. Tipe pasang surut campuran semi diurnal terendah ± 500 m dari
garis pantai, khususnya bagian selatan. Bagian barat, utara dan timur
kondisi pantai relatif curam. Kecepatan arus perairan P. Wangi4 Wangi
0,09 – 0,6 m/detik. Musim timur gelombang sangat kuat dipengaruhi angin
Laut Banda, sedang musim barat tidak terlalu besar karena terhalang P.
Buton. P. Kaledupa, bagian utara bertopografi datar.
Kedalaman perairan 2 m – 1.404m. Pantai curam di bagian selatan dan
timur dengan kedalaman 35 m – 414 m. Perairan terdalam di antara Pulau
dengan karang Kaledupa sekitar 1.404 m. Tipe pasang surut cenderung semi
diurnal terendah sejauh ± 500 m dari garis pantai. Kecepatan arus
perairan berkisar 0,07 m/detik – 0,20 m/detik. Musim barat gelombang
tidak terlalu besar karena arah angin terhalang P. Wangi-Wangi dan P.
Buton. Beberapa bagian utara hingga ke timur terlindung gelombang musim
barat dan timur, karena karang penghalang P. Hoga, P. Lentea dan P.
Darawa. P. Tomia, umumnya bertopografi datar hingga
curam. Kedalaman perairan 0 m – 1.404m. Topografi landai di bagian
selatan P.Tomia, P. Tolandono, dan P. Lentea Selatan, kedalaman maksimum
280 m, sedang yang curam/bertubir di bagian utara kedalaman 500 m.
Pasang surut semi diurnal terendah ± 500m. Arus intertidal umumnya
lemah, kecuali di perairan selat kuat. Pada musim barat gelombang tidak
terlalu kuat karena terhalang P.Buton. P. Binongko, umumnya
bertopografi curam, kedalaman perairan 181 m – 721m. Bagian selatan
mencapai 1.573 m. Kedalaman perairan pulau-pulau di Kecamatan Binongko
berkisar 18 m – 500 m, dan ± 198 m – 500 m di P. Kontiole dan P.
Cowo-Cowo. Perairan P. Moromaho ± 252 m – 500 m. Perairan Karang Koko
relatif dangkal. Tipe pasang surut semi jurnal. Kecepatan arus berkisar
0.10 – 0.19 m/detik. Sekitar perairan Binongko terdapat arus turbulen.
Kepulauan Wakatobi dihuni oleh ± 100.000 jiwa, yang tersebar di 64 desa,
7 kecamatan. Sebagian besar penduduk wakatobi memanfaatkan sumberdaya
laut yang ada di perairan kawasan Taman Nasional Wakatobi sebagai sumber
pendapatan/mata pencahariannya yaitu sebagai nelayan tradisional, dan
petani budidaya rumput laut. Sisanya sebagai pedagang atau berlayar
dengan jarak berlayar bisa sampai ke Singapura atau Malaysia,
selanjutnya adalah sebagai petani sederhana yang hanya berkebun singkong
dan jagung mengingat kondisi tanah di pulau-pulau Wakatobi adalah
berupa karang/berbatu. Penduduk Wakatobi terdiri dari berbagai macam
etnis yaitu etnis wakatobi asli, bugis, buton, jawa dan Bajau. Namun
kebudayaan etnis asli masih kuat belum banyak mengalami akulturasi dan
masing-masing etnis hidup dengan teratur, rukun dan saling menghargai.
Etnis bajau merupakan etnis yang sangat unik, karena kehidupan mereka
sangat tergantung pada kehidupan laut, mulai dari mata pencaharian
sampai membangun pemukiman yang berada di atas pesisir laut dengan
memanfaatkan batu karang. Masyarakat Wakatobi hampir 100 % memeluk agama
Islam.
Masyarakat
asli Wakatobi terdiri dari 9 masyarakat adat/lokal, yaitu masyarakat
adat/lokal wanci, masyarakat adat/lokal mandati, masyarakat adat/lokal
Liya, dan masyarakat adat kapota yang terdapat di Pulau Wangi-wangi dan
Kapota, seelanjunya masyarakat adat/lokal kaledupa yang terldapat di P.
Kaledupa, masyarakat adat/lokal Waha, masyarakat adat/lokal Tongano dan
masyarakat adat Timu yang terdapat di P. Tomia, selanjutnya masyarakat
adat/lokal mbeda-beda di P. Binongko, Selain itu terdapat dua masyarakat
adat/lokal yang merupakan pendatang yaitu maasyarakat bajau dan
masyarakat adat cia-cia yang berasal dari etnis Buton. Setiap masyarakat
adat/lokal tersebut memiliki bahasa yang khas untuk adat/lokalnya
masing-masing, tetapi walaupn bahasa yang digunakan berbeda-beda tetapi
dianatara mereka tetap bisa saling memahami kalau terjadi komunikasi
Meskipun begitu secara keseluruhan kehidupan masyarakat Wakatobi tidak
dapat dipisahkan dari laut. Kedekatan dengan laut inilah yang membentuk
tradisi kehidupan sebagai masyarakat kepulauan dan pesisir sehingga
budaya masyarakat yang dimiliki lebih bersifat budaya pesisir (marine antropologis).
Ketergantungan masyarakat yang tinggi terhadap sumberdaya laut
mendorong mereka untuk melakukan pengelolaan secara tradisional agar
terjaga keberlanjutannya salah satunya di sekitar Pulau Hoga yang
mensepakati sebuah daerah dilarang untuk areal penangkapan yaitu di
sebelah barat Pulau Hoga (luas 500 x 300 m) yang sering disebut dengan
tubba dikatutuang (Tubba = habitat, tempat hidup, karang ; dikatutuang =
disayangi, dipelihara, dirawat; Bahasa Bajo) karena daerah tersebut
menjadi wilayah pemijahan ikan. Masyarakat Kepulauan Wakatobi juga kaya
dengankesenian
tradisionalnya
yang menunjukkan masih berlakunya tradisi lokal yang ada di masyarakat.
Berbagaimacam tarian yang masih sering disaksikan seperti tarian
lariangi, tarian balumpa, tarian kenta-kenta, dll. Sementa ra itu
aktifitas masyarakat sebagai tukang besi juga masih banyak yang
melakukannya sementara ibu-ibu membuat kain tenun khas Wakatobi.
Sementara itu seiring di sahkannya Wakataobi sebagai taman Nasional dan
dimekarkan sebagai kabupaten aktifitas ekonominya juga meningkat dan
makin terkenalnya potensi keanekaragaman hayati Taman Nasional Wakatobi
di tingkat nasional maupun internasional. Di kota Wanci, ibukota
Kabupaten Wa katobi telah beroperasi lembaga perbankan (BRI dan BPD
Sulawesi Tenggara).
Untuk menuju Kepulauan Wakatobi dapat ditempuh
lewat beberapa alternatif perjalanan dari kendari Ibukota Propinsi
Sulawesi Tenggara, yaitu:
1). Kendari ke kota Wanci, Ibukota
Kabupaten Wakatobi dengan kapal kayu yang berangkat 3 kali seminggu dari
pelabuhan Kendari dengan waktu tempuh ± 10 jam
2). Kendari ke Bau-Bau (Buton) dengan kapal cepat regular setiap hari dua kali pemberangkatan deng
an
waktu tempuh ± 5 jam kemudian dilanjutkan dengan naik kapal kayu ke
Wanci dengan waktu tempuh ± 8 jam. Juga dapat ditempuh dengan kombinasi
kendaraan darat dan laut dari bau-Bau ke Lasalimu naik kendaraan roda
empat selama dua jam, lalu naik kapal cepat lasalimu-Wanci selama (± 2
jam), Juga dapat Langsung Ke pulau Kala dupa dengan Kapal kayu Bau-bau -
Kaladupa dengan perjalanan laut selama ±10 (Biasanya Kapal Kayu
bau-bau- wanci dan bau-bau-kaladupa berangkat setiap hari jam 9 Malam)
3).
Perjalanan dari Jakarta atau Surabaya menuju Kepulauan Wakatobi juga
bisa menggunakan kapal laut PELNI yang singgah di Kota Bau-Bau dengan
intensitas ± 3 atau 4 kali seminggu.
4). Dan sekarang Sudah Dapat
ditempuh Dengan menggunakan Pesawat Udara dari kendari Ke Wanci Dengan
Pemberangkatan 3 kali seminggu, Juga bisa lewat Bau-Bau ke Wanci.
Zona pariwisata Taman Nasional Wakatobi meliputi wilayah perairan bagian timur P. Wangi-Wangi (barrierreef), perairan dan pantai bagian barat Pulau Hoga, perairan tanjung Sombano, mangrove di
pesisir Sombano-Mantigola P. Kaledupa, mangrove di pesisir P. Derawa,
perairan bagian barat Waha P. Tomia, perairan sekitar Pulau Tolandono
Tomia (Onemobaa), dan sebagian wilayah bagian tengah ke arah selatan
Karang Koromaha, karang bagian barat, utara dan selatan Karang Tomia,
bagian tenggara Karang Kapota, perairan bagian utara dan selatan P.
Binongko serta Karang Otiolo yang merupakan lokasi di wilayah perairan
Kep. Wakatobi yang selama ini telah menjadi daerah tujuan wisata serta
menjadi sasaran pengembangan pariwisata Kabupaten Wakatobi seluas 6.180
Ha (0,44 %).
Di dalam Kawasan Taman Nasional Wakatobi (TNW) dan
sekitarnya memiliki beberapa potensi obyek wisata alam, mulai panorama
bawah laut (ekosistem terumbu karang dan biota laut), pantai pasir
putih, gua dan peninggalan sejarah, secara umum kondisinya masih baik.
Keindahan terumbukarang yang diwarnai dengan beragam ikan hias merupakan
atraksi yang menarik untuk dinikmati. Pulau Hoga, Pulau Tomia dan Pulau
Binongko merupakan lokasi yang menarik dikunjungi terutama untuk
kegiatan menyelam (diving), snorkeling, wisata bahari, berenang,
memancing, berkemah dan wisata budaya. Berikut ini beberapa obyek wisata
alam yang bisa dikunjungi di Taman Nasional Wakatobi :
Karang kapota
terletak di sebelah barat P.Wangi-wangi. Merupakan ekosistem
terumbukarang Untuk menuju pulau tersebut dibutuhkan waktu ± 30
JKendaraan Laut. Aktivitas yang dapat dilakukan adalah Snorkeling,
Diving dan penelitian.
Pantai Sousu terletak
Terletak di Desa Matahora Kec. Wangi-Wangi, untuk menuju pantai ini
memerlukan waktu ± 30 menit dengan berkendaraan roda dua/roda empat dari
ibukota kecamatan (Wanci). Aktivitas yang dapat dilakukan di Pantai
Sousu ini, seperti Snorkeling, diving, serta menikmati pemandangan
pantai.
Pantai Patuno Lokasi ini
terdapat di Desa Patuno Kec. Wangi-Wangi, untuk menuju tempat ini dapat
menggunakan kendaraan roda dua memakan waktu ± 60 menit dari ibukota
kecamatan.
Aktivitas yang dapat dilakukan di tempat ini, seperti
menikmati pemandangan pantai, dan juga terdapat keunikan dari pantai
patuno ini yaitu banyak terdapat mata air tawar yang keluar dari
celah-celah batu maupun pasir.
Pulau Hoga Terletak
Pulau kaladupa, Kelurahan Ambeua, merupakan pusat aktifitas Operation
Wallacea sej ak tahun 1995 sampai sekarang. Memiliki sarana-prasarana
yang lengkap yang menunjang kegiatan seperti Diving, snorkeling dan
penelitian. Selain itu juga terdapat ± 100 homestay yang dikelola
masyarakat setempat yang berlokasi tepat di belakang pantai pasir putih
sepanjang ± 1 km. Kawasan wisata bahari di pulau Hoga dapat ditempuh
dengan menggunakan speed boat dari Ibukota Kecamatan ± 10 menit.
Pulau Sombano Terletak
di Desa Sombano Kec. Kaledupa, merupakan pantai berpasir putih.
Fasilitas yang tersedia ditempat ini antara lain adalah Pos Jaga dan
Shelter. Dapat dijangkau dari Ambeua (Ibukota Kec. Kaledupa) dengan
kendaraan roda 2 / roda empat + 15 menit. Aktivitas yang dapat dilakukan
antara lain : panorama alam, berjemur dan olah raga pantai
Pulau Tolandona Terletak
di Desa Lamanggau Kecamatan Tomia, dengan panjang pantai ± 2 km.
Kawasan tersebut dikelola oleh PT. Wakatobi Divers pada tahun 1995
sampai sekarang, sehingga sarana prasarana yang menunjang kegiatan
seperti menyelam, snorkeling dan penelitian telah tersedia dengan
lengkap. Kawasan wisata bahari di Pulau Tolandona dapat ditempuh
denganmkendaraan laut dari Waha (Ibu kota Kec. Tomia) + 30 menit.
Aktivitas yang dapat dilakukan adalah menyelam, snorkeling,berjemur dan
penelitian.
Pantai Letimu Terletak di Desa Kulati
Kecamatan Tomia, dengan panjang pantai ± 400 m, di sekitar pantai
Letimu terdapat beberapa sumber air untuk memenuhi kebutuhan air bersih
masyarakat. Pantai ini dapat ditempuh dengan kendaraan roda 2, 4 dan
kendaraan laut ke arah barat Desa Kulati dengan jarak ± 2 km arah
selatan kulati. Aktivitas yang dapat dilakukan adalah menyelam,
snorkeling, berjemur.
Pantai Huntete Terletak di
Desa Kulati Kecamatan Tomia, dengan panjang pantai ± 1 km. dapat
ditempuh dengan kendaraan roda 2, 4 dan kendaraan laut kearah barat desa
Kulati dengan jarak ± 2 km arah selatan Kulati. Aktivitas yang dapat
dilakukan adalah menyelam, snorkeling,berjemur.
Pantai Mbarambara Terletak
di Desa Wali Kecamatan Binongko, ± 8 km arah timur Wali. Pantai
Mbara-Mbara merupakan habitat tempat bertelurnya Penyu. Pantai Mbara-
Mbara tersebut memiliki potensi bagi obyek wisata alam dengan panorama
lautnya yang indah dengan panjang pantai ± 2,1 km.
Pantai pasir putih
Terletak di Desa Sowa Kecamatan Binongko, Pantai Pasir Putih memiliki
potensi bagi obyek wisata alam dengan panorama lautnya yang indah dengan
panjang pantai ± 950 m. Aktivitas yang dapat dilakukan adalah menyelam,
snorkeling, berjemur.
Pantai Palahidu Terletak
di Desa Palahidu Kecamatan Binongko, dengan panjang pantai ± 1 km.
Pantai Palahidu memiliki panorama laut yang indah. Pantai Palahidu
merupakan tempat mandi bagi Raja pada
zaman dahulu ini dapat
dibuktikan dengan terdapatnya kuburan tiga susun (kuburan raja) yang
sampai saat sekarang masih di keramatkan. Aktivitas yang dapat dilakukan
adalah menyelam, snorkeling, berjemur.
Pantai Haso Terletak
di Desa Palahidu Kecamatan Binongko dengan panjang pantai ± 400 m,
memiliki panorama laut yang indah. Pantai Haso dapat ditempuh dengan
kendaraan roda 2, 4 dan kendaraan laut ke arah timur kota Rukuwa.
Aktivitas yang dapat dilakukan adalah menyelam, snorkeling, dan
berjemur.
Referensi:
- Informasi Taman Nasional Wakatobi
- Balai Taman Nasional Wakatobi, 2008. Rencana Pengelolaan Taman Nasional Wakatobi
Periode Tahun 1998 – 2023 (Revisi Tahun 2008).
- strategi pengembangan kegiatan pariwisata di taman nasional kepulauan wakatobi sulawesi tenggara
+ komentar + 1 komentar
keren lah, ini wakatobi bisa buat referensi liburan
http://www.marketingkita.com/2017/08/customer-record-card-dalam-ilmu-marketing.html
Posting Komentar